Cerita Horor Terjerat Pelet Abang Ipar

Cerita Horor Hari Ini – Lelaki itu tidak tampan, harta dia tak punya. Hidup pun hanya bergantung padamu, makan tidur sama sekali tak memikirkan kerja. Apa yang kau harapkan dari dia??!

Perlahan kelopak matanya mulai terbuka, suasana yang asing membuatnya kembali menutup mata. Mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi semalam, lalu bayangan kejadian itu kembali terlintas, tubuhnya di dorong oleh seseorang hingga jatuh tepat di atas kasur dengan sprei

Berwarna putih tersebut, membuat wanita muda itu refleks bangkit lalu duduk untuk mengamati sekeliling. Ia mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruangan. Beberapa buku nampak berserakan, dan di samping rak buku itu terdapat sebuah gitar tua.

“Hah.. Hahh..” Nafas wanita muda itu terengah

Pelan tapi pasti, ia menarik selimut yang menutupi tubuhnya, dan benar saja dugaan nya. Di sprei putih itu ada noda darah yang sudah mengering.

“Aryaaa!!!” Teriak wanita muda itu marah sehingga suaranya pun bergetar

Seorang laki2 berusia 23 tahunan masuk ke dalam ruangan tersebut sambil tersenyum penuh arti.

Entah apa yang terjadi padanya, tapi melihat senyum si lelaki itu, si wanita muda tertunduk. Ia yang awalnya benar2 marah, kini menjadi lunak dan hanya bisa menangis sesenggukan.

“Kau mengingkari janjimu! Kau bilang kau tak akan melakukan itu padaku sebelum kita sah menjadi suami istri! Kau pembohong..” Isaknya lemah terdengar

Lelaki itu duduk di dekatnya. Perlahan ia membelai rambut wanitanya dengan lembut.

Klik Prediksi Bola Online Jitu

“2 bulan lagi kita akan menikah. Tak ada yang perlu kau takutkan. Aku tidak akan lari meninggalkanmu. Percayalah.” Bisik nya lembut


Arya memanglah seorang laki2 yang baik, setidaknya begitulah yang di rasakan oleh Ainun kala berpacaran dan akhirnya memantapkan hati menikah dengan laki2 tersebut. Walau sebelum itu kegadisan nya di ambil tanpa izin oleh Arya sewaktu mereka berada di bawah pengaruh alkohol.

Dan entah mengapa sekesal apapun Ainun, ia tak pernah bisa marah pada laki2 itu.

Bahkan setelah menikah Ainun lah yang bekerja keras untuk menafkahi mereka berdua.

Keseharian Arya hanya tidur dan bermalas2an tanpa berpikir mencari pekerjaan untuk membantu istrinya.

Suatu hari setelah berbulan2 lamanya usia pernikahan mereka, Adik Ainun yang nomor 4 datang berkunjung ke rumah yang di huni kedua pasangan Ainun dan Arya tersebut.

(Setelah menikah Arya dan Ainun tak tinggal bersama orang tua, tapi mereka tinggal berdua di salah satu rumah milik orang tua Ainun. Karena sebelumnya, Arya tinggal di rumah sewaan. Jadi untuk menghemat biaya kehidupan keduanya, mereka pun akhirnya di suruh untuk tinggal

Di rumah milik orang tua Ainun yang sudah lama kosong.)

Memang beberapa waktu lalu, Ainun di beritahu ayahnya kalau adiknya yang sudah beranjak remaja itu akan tinggal sementara waktu bersama mereka. Di karenakan adiknya akan bersekolah di kota tersebut.

Dan Ya, Ainun tentu tak keberatan sama sekali. Ia bahkan sangat senang dan antusias menyambut kedatangan adiknya tersebut.

Bahkan sudah dari awal ia membersihkan dan merapikan kamar yang akan di tempati oleh adiknya selama ia bersekolah di sana.

Hari2 berlalu, tak terasa sudah satu bulan semenjak adiknya tinggal bersama mereka.

Namun tidak seperti bulan2 sebelumnya, hubungan Ainun dan Arya sekarang nampaknya tidak baik2 saja.

Pertikaian yang berujung saling diam, selalu mewarnai kehidupan rumah tangga keduanya.

Tapi Ainun lega karena meskipun hubungan mereka mulai renggang setidaknya Arya tak bercerita apa2 pada adiknya, dan masih bersikap ramah pada sang adik.


Malam itu hujan turun dengan lebatnya, membuat Ainun yang baru selesai kerja lembur tersebut mau tak mau harus menerobos hujan, mengingat adik dan suaminya yang pasti sedang menunggunya pulang.

Namun sebelum ia keluar, Ainun lebih dulu mampir di meja kerja teman nya.

“Win, ikau hampareya buli? (Win, kamu kapan pulang?)” Tanya Ainun pada seorang wanita berusia 25 tahunan yang sedang duduk menghadap meja kerjanya

“Hinday tuntung lagi gawian kuh. Buhen garang Nun?? (Kerjaanku belum selesai, memangnya kenapa Nun?)” Jawab Wiwin lalu balik bertanya

“Yaku ida ingat maimbit jas hujan, maka ading dengan banangkuh tuh pasti manunggu yaku dengan tanai balau. (Aku lupa membawa jas hujan, padahal pasti adik dan suamiku sudah menungguku dengan perut lapar.)” Ucap Ainun dengan raut cemas

“Ya sudah, kamu pakai saja jas hujan punyaku. Ada di dalam jok. Nih kuncinya. Nanti titipkan saja kuncinya sama Anto(Security).” Kata Wiwin seraya memberikan kunci motornya

Ainun mengerutkan alisnya,

“Gak ah, kalau aku pakai jas hujan mu lalu kamu sendiri gimana?”

“Kerjaan ku masih banyak Nun, Serius. Mungkin akan selesai 2 jam lagi. Gak mungkin kan dalam waktu 2 jam hujan nya gak berhenti.”

Akhirnya Ainun pulang, dengan menggunakan jas hujan milik Wiwin.

Singkat cerita, setelah ia sampai di rumah. Rupanya pintu rumah terkunci rapat.

Bahkan beberapa lampu nampak nya tak di nyalakan.

Beberapa kali Ainun mengetuk2 pintu, tapi tak ada respon dari dalam. Karena saat itu hujan masih turun sangat deras bersamaan dengan guruh guntur dan petir.

Dalam keadaan gelap dan hujan, Ainun berjalan ke arah pintu dapur

Yang terletak di samping dan sedikit menjorok kebelakang.

Namun nihil, pintu itu juga ternyata di kunci dari dalam.

“Kemana sih mereka??!!” Sungut Ainun kesal

Crekk..

Lampu menyala tiba2 dari kamar adiknya.

Saat Ainun mengintip dari celah kaca yang gorden nya sedikit terbuka, ia melihat pemandangan yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.

Mengapa tidak, karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sang adik dan suaminya sedang melakukan hal yang senonoh di dalam kamar tersebut.

Karena hati dan perasaan nya sudah tak bisa lagi mengendalikan emosinya yang memuncak, Ainun mengambil sebuah batu, lalu memukul kan nya pada kaca jendela hingga pecah berkeping2.

Adik dan suaminya yang sedang asyik berzina tersebut jelas kaget dan nampak sekali raut ketakutan adiknya ketika melihat wajah Ainun yang merah padam.

“Buka pintunya!!!” Ainun berteriak

Plaaaaakkkk.. Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus sang adik.

Darah dari luka di tangan Ainun pun ikut membekas di pipi gadis itu.

“Aku pulang, hujan2an hanya karena memikirkan perut kalian berdua! Tapi rupanya apa yang aku lihat malam ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang aku lakukan untuk kalian!! Apa kalian itu tidak punya otak hah?? Kau juga Arya!! Dia ini adik ku!! ADIK KU!!

Kenapa kalian begitu tega hah?!!!”teriak Ainun dengan suara yang bergetar menahan tangis

Arya hanya berdiri mematung terdiam seribu bahasa. Begitu juga dengan adiknya yang tertunduk sesekali terisak.

“Aku akan melaporkan kelakuan kalian pada Abah!!” Ancam Ainun akhirnya

Di situlah baru Arya mulai berbicara, dan tangis adiknya semakin terdengar jelas.

“Aku khilaf. Aku benar2 khilaf. Tolong jangan ceritakan masalah ini pada abah.” Ujar Arya memohon

“Jangan kak. Aku sungguh minta maaf. Ini semua di luar kendaliku. Ya Tuhan, aku benar2 bodoh. Tolong jangan sampai masalah ini sampai ke telinga abah. Aku bisa mati kak.” Isak sang

Baca Juga Setan Jawa, Persembahan Terbaik Dari Sineas Indonesia
Adik memelas

Ainun benar2 marah saat itu, ia sama sekali tak menggubris perkataan keduanya.

Braakk.. Ainun membanting pintu kamarnya.
Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, Ainun membenamkan wajahnya ke bantal dan mulai menangis sesenggukan.

Hampir 1 jam lebih ia menangis, dan perlahan2 ia mulai tertidur.

Dalam mimpinya, Ainun melihat sprei miliknya hanyut terbawa arus ketika sedang di cuci. Dan akhirnya ia terbangun ketika sebuah tangan mengelus punggungnya.

Rupanya itu adalah Arya.

Arya memohon dan memberikan penjelasan atas apa yang terjadi malam itu.

“Aku berjanji tidak akan mengulangi hal itu. Dan aku mohon jangan sampai masalah malam ini sampai ke telinga ayahmu, karena aku yakin kau pasti akan di suruh meminta cerai.

Dan aku benar2 gak sanggup kehilangan kamu.”ucap Arya lirih, membuat dada Ainun bergetar

Meski ia sangat sakit dan kecewa, tapi entah kenapa ia tak tahan jika sudah kena rayuan Arya.

Dan akhirnya Ainun pun mau memaafkan suaminya. Dengan syarat untuk tidak lagi mengulangi hal itu.
Tentu saja Arya menyanggupi dan berjanji, bahkan sumpah atas nama Tuhan pun ia ucapkan untuk membuktikan kesungguhan janjinya pada Ainun


Hari2 kembali seperti biasa..

Kita berpindah menurut sudut pandang adiknya Ainun, yaitu Rahma.

Semenjak kejadian malam itu, hubungan kakak beradik tersebut menjadi renggang. Meskipun tinggal serumah dan tersentuh bahu ketika berpapasan, mereka saling acuh

Dan tak menghiraukan satu sama lain.

Begitu juga Arya, meski satu atap dengan Rahma ia sudah tak lagi mau bertegur sapa dengan adik iparnya tersebut, setidaknya seperti itulah yang mereka tampakkan ketika Ainun ada di rumah.

Namun yang terjadi di belakang Ainun tentu saja berbeda dari yang tampak di depan.

Meski tak lagi bertegur sapa di hadapan Ainun, tapi mereka masih bertukar pesan melalui aplikasi di Smartphone.

Hubungan keduanya masih sangat baik bahkan bisa di bilang masih sangat panas2nya.

Sesekali mereka akan keluar dan menginap di penginapan, atau pun singgah di semak2 dan melakukan hal tak senonoh di sana.

Dan anehnya Rahma seperti hilang akal bila menyangkut soal Arya, bahkan dimana pun dan kapan pun Arya ingin melakukan hubungan in*im dengan nya ia selalu melayani nafsu laki2 itu. Meskipun ia tau kalau tak akan mungkin bisa bersama dengan Arya, tapi ia tak peduli.

1 tahun telah berlalu.

Hari itu sepupu Ainun yang bernama Ida datang berkunjung ke rumah bersama dengan anak nya yang baru berusia 3 tahun.

Ia curhat pada pasangan itu tentang rumah tangga nya yang sudah di ujung tanduk. Karena suaminya berselingkuh dengan seorang wanita yang bekerja di sebuah warung makan di dekat perkebunan kelapa sawit.

“Kalau dia selingkuh, kau harus selingkuh juga. Jangan mau kalah.” Ujar Arya terdengar menyela pembicaraan keduanya

Ainun menarik nafas sembari menatap tajam ke arah Arya.

“Maaf, aku hanya bercanda.” Ucap Arya kemudian

Setelah sekian lama mereka mengobrol, Ida pun bermaksud untuk berpamitan pulang, namun di tahan oleh Ainun yang melihat keponakan nya itu sudah tertidur lelap di depan televisi.

“Kalian menginap lah di sini semalam. Tuh lihat Si adel sudah tidur Da. Kasian kalau harus di bangunkan.”

Ida melirik putri kecilnya tersebut, dan akhirnya ia pun mengangguk.